Jumat, 29 April 2016

Dipaksa Bercumbu, Direkam, Oh... Kemudian Digilir

JURAGAN - SS, gadis berusia 14 tahun warga Jalan Air Hitam, Payung Sekaki, Pekanbaru itu hanya bisa memaksakan senyum tersungging di bibirnya, Tak ada ekspresi lain. Kadang, sosok yang kebetulan putus sekolah ini menoleh ke kiri, lalu ke kanan.
Dia berusaha mengikuti arah kerabatnya yang sedang berdiskusi. Ya, orang-orang yang menyayanginya, sedang membicarakan langkah hukum terkait persitiwa pemerkosaan yang dia alami.
Sepatah kata pun tak keluar dari bibir SS. Dia begitu serius mengikuti jalannya musyawarah. Sesekali dia menyandarkan tubuh ke tembok kamar abangnya Ad (25). “Dia (SS) orangnya tomboi, makanya berteman dengan Fb dan Fe, remaja sekitar perumahan,’’ ujar AI (37), tante SS.




Mendengar ucapan perempuan 37 tahun itu, SS hanya diam, lantas tertunduk seakan memberi tanda mengiyakan.
Di tengah musyawarah, tiba-tiba air mata jatuh membasahi pipi Sa, ayah SS. Sesekali pria 56 tahun itu terisak. Dia tidak mampu berkata-kata, maklum sedang sakit keras. Kondisi ini membuat suasana semakin haru.
AI berharap para pelaku segera ditangkap. "Kalau tidak benar mereka memerkosa SS ponakan saya, kenapa lari,’’ ketusnya. 
SS merupakan korban pemerkosaan oleh empat petugas ronda. Dia digilir setelah dituduh mesum di rumah temannya.  

mungkin menjadi hari yang tak akan terlupakan buat SS. Di hari tersebut, gadis berusia 14 tahun itu diduga menjadi korban dari pelampiasan nafsu bejat empat petugas ronda di lingkungannya.

Ceritanya berawal saat SS memenuhi ajakan temannya, Fb ke rumahnya. Kebetulan orangtua Fb sedang ke Pasir Pangaraian, Rohil. Sekitar pukul 23.00 WIB, SS pun datang. Masuk ke rumah, cewek bertubuh kurus berkulit putih ini langsung nonton televisi di ruang rumah. 
Keasyikan nonton, tak sadar waktu sudah memasuki pukul 01.00 WIB. Sementara Fb memilih tidur di kamar bersama temannya, Fe.
Lantaran kipas angin dipakai SS di ruang tamu, Fe kepanasan di kamar. Merasa gerah, Fe keluar kamar. "SS nonton di kursi, sementara Fe ketiduran di depan TV," ucap AI menirukan perkataan Fe dan Fb.

Tengah asyik nonton, tiba-tiba pintu depan diketok. SS kaget, lalu membangunkan Fb yang tidur di kamar. Ketokan semakin keras hingga membuat SS ketakutan. Suara dari luar minta agar pintu dibuka. Ketakutan yang teramat membuat SS memilih bersembunyi di bawah tempat tidur. 
Sementara Fb dan Fe membuka pintu, melayani pertanyaan petugas ronda berinisial Ag dan dua temannya. Ag kemudian menanyakan terkait informasi adanya seorang wanita di rumah itu bersama mereka. Fb menjawab tidak ada. Di sana mereka hanya berdua. Tak percaya, Ag lalu memerintahkan AS dan TN memeriksa seluruh ruangan. Akhirnya SS ditemukan di bawah tempat tidur dan langsung menyeretnya.
Tiba-tiba saja, satu di antara pelaku meminta SS membuka baju. Namun permintaan itu ditolak SS. Karena permintaannya tak dituruti, Ag langsung saja merobek tank top SS. Melihat tingkah petugas ronda itu, Fb dan Fe tidak terima dan melarang. Namun mereka kembali terduduk setelah dipukul AS dan TN. Beberapa kali pukulan mendarat di pundak remaja 15 tahun-an itu.

Selanjutnya Fb dan Fe diminta membuka baju. Karena takut, kedua sekawan itu menuruti permintaan tersebut. Saat itulah datang sejumlah warga dan menyangka tiga remaja tadi berbuat mesum. Namun lantaran kenal ketiga remaja tersebut, warga membubarkan diri dan memercayakan penyelesaian persoalan itu kepada petugas ronda.

Setelah warga pergi, SS, Fb dan Fe digiring ke ruang tamu. Di sana, ketiga remaja itu diminta bercumbu seraya bergantian. Takut dipukul, permintaan itu dituruti. Di saat bersamaan, Ag memfoto dan merekam adegan mesra tersebut.
Usai merekam, Ag mengancam akan memberikan rekaman itu kepada orangtua Fb dan Fe. Agar persoalan ini selesai, Ag memberi solusi. Solusinya, remaja itu diminta menyediakan uang Rp2,5 juta atau 40 sak semen sebagai penebus. 
Uang segitu tak dimiliki ketiga remaja ini. Kemudian Fe memiliki ide, menawarkan tablet miliknya. Tablet itu sebagai jaminan sambil menunggu uang terkumpul.
Kesepakatan tercapai. Fe lalu disuruh mengenakan baju. Sementara SS diberi kain sarung untuk menutupi tubuhnya. Selanjutnya Fb dan Fe pergi bersama seorang petugas ronda untuk menjemput tablet.
Sementara Fe dan Fb pergi menjemput tablet, di rumah SS tinggal bersama tiga petugas ronda. Tiba-tiba, Ag membawa SS ke dalam kamar. Katanya, ada yang mau dibicarakan. Di kamar, Ag malah buka celana dan sarung yang dikenakan SS. 
Lampu pun dimatikan. Kemudian dia mengajak SS berhubungan badan. Jika menolak, dia mengancam akan menyebarluaskan video mesum yang telah direkam sebelumnya. Puas melampiaskan nafsunya, Ag keluar kamar. Lalu dia menawarkan kenikmatan tubuh SS ke rekannya. 
Tergiur, kedua pria lainnya bergiliran menyetubuhi SS. Tak lama berselang, Fe dan Fb datang. Dia membawa tablet merek Samsung sebagai jaminan itu. 

Petugas ronda yang ikut menjemput Hp, lalu dibisikkan agar turut menyetubuhi SS. Bergegas, dia pun masuk ke kamar. Sementara Ag, mengawasi di ruang tamu. Jaminan berupa tablet kemudian diterima. Uang yang diminta, harus ada paling lambat, Ahad (14/2) pagi. 

Kata sepakat terkait penyerahan uang seperti yang dibicarakan sebelumnya, sudah dicapai. Namun sebelum pulang, Ag kembali masuk ke kamar, tempat SS berada. Sekali lagi, dia menyetubuhi SS. Tak mau ketinggalan, ketiga rekannya juga ikut secara bergiliran. "Kami tidak tahu, ternyata SS digilir di dalam kamar,’’ ujar Fb dan Fe.

Puas menggilir korban, Ag mengancam agar persoalan malam itu tak diberitahu kepada siapapun. Selanjutnya mereka pergi begitu saja. 
Besok sorenya, Da abang Fe mendengar soal penggerebekan. Apalagi dia juga sempat diminta bantu uang Rp2,5 juta. Kemudian dia memanggil Fe, Fb dan SS, menanyakan kejadian yang sebenarnya.

Dengan lugas, SS kemudian menceritakan pengalaman pahit yang dialaminya saat Fe dan Fb meninggalkan rumah. Pernyataan itu membuat Da kaget. Dia langsung menjumpai ketua RT. 

Tak lama berselang, para pelaku juga datang ke rumah RT. Namun mereka menolak tuduhan tersebut. "Pelaku tampak seperti merasa tidak bersalah. Bahkan Ag masih bisa tertawa. Padahal banyak masyarakat melihat sore itu,’’ tutur AI.

Ketua RT lalu menyarankan persoalan ini dilaporkan ke Polsek Payung Sekaki, Jumat (12/2) malam. Sebab, tak ada kata sepakat yang didapat dari penyelesaian secara kekeluargaan tersebut.
Malam itu juga, rombongan melapor ke Polsek Payung Sekaki. Hanya saja, mereka malah diarahkan melapor ke Polresta Pekanbaru. Tanpa menunggu waktu, pihak korban melapor ke Polresta. 

Di lantai III, mereka diterima petugas Reskrim yang bertugas. Menurut AI,  petugas kurang cepat merespons. Hanya lantaran dia tidak membawa identitas. Sambil memohon, AI meminta petugas langsung menangkap pelaku. Dia takut jika tidak ditindaklanjuti, mereka diancam para pelaku. 

"Petugas yang kami temui malam itu mengatakan mereka hanya ada tiga orang. Tidak mungkin langsung menangkap, jadi diterima laporan dulu,’’ tutur AI. 
Setelah laporan diterima, rombongan pulang ke rumah. Saat itu mereka mendapat kabar pelaku telah pergi. 
Kapolresta Pekanbaru Kombes Arief Syarief Hidayat ketika dikonfirmasi, Senin (15/2) mengaku belum mendapat laporan resmi dari anggota.

0 komentar

Posting Komentar