Rabu, 13 April 2016

Menikmati Perawan Kost Tetangga





Sebut saja nama saya Ronny, saya anak rantauan dari pulau jawa yang menuntun ilmu fakultas kedokteran disalah satu universitas dijakarta. Hari minggu kemarin saya baru tiba dijakarta, setiba dijakarta saya sudah mendapatkan kost yang ditawarkan temen saya yang sudah lebih dlu disana, 

Tempat kostnya lumayan bersih saya tidak banyak babibu lagi langsung setuju dengan harga kostnya yang terbilang mahal bagi mahasiswa seperti saya. Ibu kostnya langsung mengantarkanku kelantai 2 masih ada 1 kamar kosong kebetulan yang kemarin sewa uda pulang kata ibu kostnya, kipas angin dapat 1 , tempat tidurnya single bed, dan ada lemari, dan beruntungnya aku mendapatkan kamar yang wcnya didalam. berbeda dengan kost temen saya yang berada 1 tingkat. setelah menjelaskan panjang lebar dengan aturan dikosan ini ibunya langsung memberikan 1 kunci duplikat kamarnya kepadaku. dan saya langsung membayar biaya sewa kamar tersebut langsung sebulan. 

"Bersyukur malam ini saya tidak jadi gembel dijalanan bro", kataku pada si Thomas, " hahaha... maaf kelamaan balas bbmnya saya ketiduran tadi menunggu loe datang". katanya, "gak papa lah, udah sana balik lu, gua mau istarahat besok kita berangkat bareng ke kampus ya, temenin gua bayar uang pendaftaran". kataku, "siap bro, selamat malam, gua balik dlu." pamit Thomas. Thomas pun balik kekamarnya dan saya pun mandi, membersihkan diri, baru beranjak ketempat tidur.

Keesokkan harinya saya bangun lebih pagi, meregangkan otot sedikit dan melakukan olahraga diloteng kosan, sewaktu melakukan olahraga pagi mataku tertuju dengan gadis sebelah kosan baruku itu. sedang melakukan pemanasan juga, sepertinya dia sudah lebih dulu olahraga bisa diliat dari pakaiannya yang basah karena keringat. sungguh cantik gadis ini pikirku, baju kaos putih ketatnya, menampakkan likuk tubuhnya yang seksi. celana pendek yang dipakainya memperlihatkan betapa jenjang kakinya, rambutnya yang diikat tinggi keatas memperlihatkan lehernya yang panjang, keringatnya membasahi dahinya, kulitnya putih bersih, tersentak aku dikejutkan pukulan thomas kepundakku. "pagi bro!", "eh, bro pa pagi" kataku, secewek melirikku karena suara kami. sepertinya dia sudah siap akan olahraganya, berbalik dan tersenyum manis padaku dan Thomas. kami juga membalas senyumannya. setelah siap berolah raga kami pun berangkat kekampus, membereskan semua administrasi dan entek2nya.

Pada sore hari karena saya belum memulai pelajaran saya balik duluan, sedangkan thomas masih mempunyai mata kuliah, tidak jauh sih dari tempat kos ke kampus, saya juga sudah hapal jalannya, sepanjang jalan menuju kost, ditengah jalan saya kembali bertemu dengan cewek tadi pagi. dan sepertinya dia juga mengenaliku, "Hai" sapanya, "Hai jg " jawabku, "Anak baru ya ?" tanyanya.."iya,baru sampai semalam". jawabku. Tak etis kalau sampe dia yang memperkenalkan diri terlebih dahulu. "Ronny."kataku. "Shella". jawabnya sambil berjabat tangan."habis dari mana shel?". tanyaku. "Dari kampus, kamu?" jawabnya. "sama, kuliah dimana shel?" tanyaku. "diuniversitas juraganqq" katanya . "lho satu kampus kita?" jawabku terkejut. "oh kamu disana juga?". " iya" jawabku 

sesampainya didepan pintu gerbang kamipun berpisah. sebelum berpisah saya sempat bertuka pin bbm dengan shella. baru saja tiba didepan pintu kamarku. bbmku bunyi ternyata dari Shella aku pun cepat - cepat membuka bbm tersebut isinya "ron, gua boleh numpang kekamarmu?, temen sekamarku belum pulang" tidak jadi membuka pintu kamar aku langsung turun untuk menyambut wanita cantik.. hihihi.. setiba dibwah shella sudah menunggu di gerbang..

"ayo masuk" ajakku
"gak apa- apa nih?"
" gak apa- apa, ibu kostnya udah aku kurung"
"hahahhaha..bisa aja kamu, numpang bentar ya.." 
"hehehe"
"kamarku dilantai 2 "
"owh.."
sesampainya dikamarku karena gak ada kursi jadi shella duduk diranjangku, 
"mau minum shel"
"tidak usah repot - repot" 
"mau minum cuma ada aqua" kebetulan ada yang masih segel jadi aku tawarin aja
sekilas hening melanda, aku dan shella tidak ada bahan untuk berbicara, 

Entah apa yang menyebabkan aku berani menyentuk tangannya shel, dia tidak menolak sekilas kami berpandangan, tiba - tiba saja hasratku sebagai lelaki normal muncul, dari pegangan tangan ku elus lengannya shella yang mulus kebetulan dia memakai baju tanpa lengan memperlihatkan lengannya yang putih mulus, tetapi dia diluar tadi memakai cardigan agar terlindung dari teriknya panas matahari jakarta.

seketika bibirku menempel di bibirnya shella dia tidak menolak hanya diam  Aku memberanikan diri untuk melumat bibirnya. Aku memasukkan lidahku ke mulutnya. Kini shella bereaksi. Lidah shella  mengikuti irama lidahkuLidah kami saling membelit. Nafas shella sudah mulai tidak teratur. Shella mengalungkan kedua tangannya di leherku

Ciuman kami semakin panas. Aku mulai berani meraba tubuh Shella. Ku usap naik turun punggunggnya untuk memberikan rangsangan. Lama-kelamaan tanganku semakin berani. Kini tanganku berpindah ke payudaranya yang empuk yang masih terbungkus baju. Shella tidak menolak, malah aku mendengar dia mendesah kecil. Ciumanku perlahan turun sesenti-demi sesenti hingga akhirnya sampai keleher Shella.
Desahan Shella semakin terdengar jelas. Aku terus menciuminya sambil terus meremas payudaranya. Aku membuka kancing baju Shella, lalu kaitan BHnya juga kubuka. aku langsung menjilat payudaranya yang besar. Aku hisap puting susunya yang berwarna kemerahan.
Sedangkan tanganku yang lain sibuk meremas payudaranya yang lain.
”aaaccchhh….eemmh…Ron, enak banget Ron…terusss…”
Desahan Shella  semakin menjadi-jadi. Aku menarik lepas Rok mininya Shella. Kini tinggal celana dalam warna merahnya yang membungkus gundukan kecil yanga indah di selangkangan Shella. Aku mengusap-usap memek Shella dari laur CDnya. Terasa CD Shella mulai basah. Aku memasukkan tanganku dibalik CDnya. Aku memasukkan jari tengahku ke dalam memek Shella sambil. Shella merintih kenikmatan.
“aaach…Ron..” sebentar aku melihat wajah Shella yang memerah 
“Ron.. malu nich..!” katanya, tanpa memintaku berhenti.
Aku menjadi semakin berani. Roknya kubuka. Shella memberontak sedikit, tapi tidak terlalu berarti. Kulepas semua pakaiannya sehingga dia telanjang bulat, sementara diriku masih berpakaian. Putih mulus tubuhnya kunikmati, karena kami tidak mematikan lampu.
Kucium seluruh tubuhnya yang berdiri tegak di depanku. Seperti cacing kepanasan, Shella menggeliat dan mengerang. Seluruh badannya merinding dan menggigil. Ketika ciuman dan jilatanku sampai ke daerah kemaluannya, Shella mengerang hebat sambil meremasi rambutku.
Sekali-sekali kuraba dan kuremas lembut buah dadanya yang menggunung itu, sangatlah seksi dan merengsang berahiku.
“Ron heehh please..! Aku lemas sekali nih.. auh..!” lenguhnya semakin tinggi.
Aku segera mengangkatnya ke tempat tidur dan melanjutkan jilatan-jilatan ku di daerah surganya. Tidak terasa, sudah lebih dari 10 menit aku memberinya pengantar kenikmatan, seolah ia sudah sangat
pengalaman. Sampai akhirnya, aku terkejut karena ia menjadi seperti kejang, meremas kepalaku dan menekannya ke vaginanya.
“Ron.. aku mau.. augh..!” lenguhnya meninggi. Wow.., dia sudah orgasme. Ada sedikit cairan kental keluar dari vaginanya, hangat dan nikmat. Dalam keadaan terengah-engah masih kujilat bibir vaginanya. Lenguhan-lenguhannya seperti tidak mau berhenti. Terkulailah gadisku lunglai seperti tanpa daya. Kupeluk dan kucium bibirnya dengan mesra dan cinta. Aku sengaja menahan diri, untuk memberinya kesempatan lebih dulu.
“Gimana Shel, enak..?” tanyaku, “Kamu pernah seperti ini sebelumnya..?” “Aku nggak tahu pasti bayanganmu tentang diriku, Rom. Mungkin kamu menganggap aku perempuan murahan. Tapi sungguh, ini pertama kali aku merasakan kenikmatan yang tak terlukiskan. Biasanya, aku hanya masturbasi saja. Aku mau mempersembahkan keperawananku pada orang yang kucintai.” jawabnya.
“Jadi kamu masih perawan..?” tanyaku dengan heran.
“Ya, aku masih perawan. Dan aku akan mempersembahkannya untukmu. Aku sangat mencintaimu, Ron.”
Jawaban ini membuat hatiku runtuh, sebab biasanya aku berpacaran dengan wanita-wanita yang sudah tidak perawan.
“Shella aku minta maaf, tapi sepertinya aku tidak sanggup melanjutkan.
Aku belum mengatakan, gimana latar belakang dan keadaanku sebenarnya.”
keinginanku untuk menjelaskan dipotong Shella.
“Ron, aku tidak peduli dengan masa lalumu"Jawabnya dengan centil sambil mencubitku.
“Yang bener nih..?” tanyaku sambil tertawa, bahagia sekali rasanya.
Kutengok arlojiku, sudah jam 9 malam.
“Kamu nggak mau balik kekosanmu Shel?”
“mereka biasanya balik jam 11 malam ron, ”
Dia membalikkan badannya sehingga menghadapku, kulonggarkan pelukanku dan dia seperti tersadar. “Lho.., jadi kamu tuh masih berpakaian toh..?
Ya ampun, malu nih..! Payah kamu. Ayo dong, kamu juga buka baju..!”
Aku segera membuka baju. Shella memandang dengan penuh rasa ingin tahu. Tanpa sadar, burungku yang tegang sekali ternyata telah mengeluarkan cairan bening.
“Ron, burungmu besar sekali. Muat nggak ya..?” tanyanya sambil memandangi penisku yang coklat kehitaman.
Ukurannya sebenarnya tidak lah besar, tergolong kecil lah karena hanya sekitar 14 cm.
“Kok ada cairan beningnya sih..?”
“Ya iya, aku kan juga merasakan kenikmatan dengan memberimu yang tadi itu.”
“Ron, kasih tahu dong gimana aku bisa memberimu kenikmatan seperti yang kurakakan tadi..!” pintanya.
“Learning by doing aja ya.” jawabku.
Setelah memberi tahu cara-caranya, aku lalu rebahan. Masih dengan agak canggung, Shella mulai memegang, menggosok dan memijat penisku, juga buah pelirnya.
“Ooh.. Shella, enak sekali..!” gumanku menikmatinya.
“Mulai dikemut dong Sayang..!” pintaku.
Shella dengan agak ragu memasukkan penisku ke dalam mulut mungilnya. Pada awalnya agak sakit, karena sesekali terkena giginya, tapi kemudian Shella menjadi lebih pintar. Kuluman atas penisku menjadi lebih lembut dan nikmat sekali.
“Kemut, jilat dan raba semuah.. Shel..!” pintaku karena mulai menanjaklah kenikmatan itu.
Karena sering kali tidak tahan, aku menggoyangkan pantatku. Sehingga, jilatan bagian bawah buah pelir seringkali salah ke daerah sekitar anus. Dia memejamkan mata, jadi dia tidak tahu, tapi aku dapat merasakan kenikmatannya.
Oougghh.., enak sekali Shel..!” erangku tiap kali daerah duburku terjilat. Pada awalnya aku memang tidak sengaja, tapi kemudian sesekali kupelesetkan karena nikmatnya. Aku belum pernah mengalami kenikmatan ini dari wanita mana pun.
Kenikmatan mulai memuncak dan aku meminta Shella untuk mengulum penisku, karena aku sudah mendekati puncak.
Shella mengulum sambil menggerakkan kepalanya ke atas-bawah dan kadang memutar. Dan sampailah puncak kenikmatan itu.
“Aauugghhrhh.. aku keluarhh..!” erangku sambil meremas rambut Shella dan memegangnya erat agar tidak lepas.
“Kenapa dikeluarkan di mulutku Ron..?” Shella memprotes.
Dan tanpa diminta, Shella segera mengemut batang penisku, yang kemudian memang langsung membesar pada ukuran penuhnya. Aku tidak mau ketinggalan, kubalikkan badanku sehingga kami mempraktekkan posisi 69.
Shella sepertinya menjadi bangkit gairah dan melenguh-lenguh sambil mengulum batang penisku.
Setelah kami sama-sama penuh gelora dan napas kami telah tersengal-sengal penuh kenikmatan, Shella bertanya,
“Gimana lanjutnya Ron..?”
nyesel nanti..?” kutanya Shella karena aku sebenarnya mendua, ingin menjaganya sekaligus ingin menuntaskan hubungan asmara kami. “Aku kan sudah bilang. Aku siap untuk mempersembahkan keperawananku buat kamu. Jadi mulailah, gimana..?”
Mendengar jawaban ini, akal sehatku padam. Segera aku berlutut di antara selangkangannya Kutempelkan batang penisku ke vaginanya.
Menggesekkannya dan sedikit menekannya.
“Ouuch Ron.., enak sekali..! Terusin Ron..! Aahh..!” lenguhnya mulai merasakan kenikmatan.
“Shella, yang pertama ini agak sakit, tapi hanya sebentar. Kamu akan terbiasa dan mulai merasakan nikmatnya. Tahan ya..!” sambil kutelungkupi badannya yang mungil itu.
Kucium bibirnya dengan penuh nafsu dan kusedot kuat-kuat. Kucium dan kugigit-kecil puting susunya. Shella mendesah nikmat. Kucium lagi bibirnya kuat-kuat. Dan ketika itulah kutekan batang penisku masuk ke liang senggamanya. Shella memelukku erat terhenyak. Pastilah dia menahan sakit.
Setelah batang penisku masuk sepenuhnya, kubiarkan ia di dalam, diam. Terus kucium bibirnya sambil kubuat kedutan-kedutan kecil di kemaluanku. Shella ternyata melakukan refleks yang sama. Otot vaginanya juga membuat kedutan-kedutan kecil, yang semakin lama terasa seperti tarikan-tarikan halus, menyedot batang penisku, seolah meminta lebih dalam. Aku mulai mengayun-ayun pelan dan mulai kurasakan ujung kamaluanku menyentuh liang rahimnya.
Oooh nikmat sekali. Inilah alasanku, mengapa aku selalu lebih senang dengan wanita bertubuh mungil. Tubuh yang dapat memberiku kenikmatan lebih. (Tapi kalau adanya yang tinggi, ya nggak nolak, hehe..)
Ayunanku mulai lebih lancar dan berirama. Shella sepertinya sudah tidak sakit lagi. Atau barangkali kenikmatan ini telah mengalahkan rasa sakitnya.
“Gimana Sayang, enak..?”
“Oouuh Ron.., terusin..! Lebih keras.., lebih cepat.. hegh.. ooh.. Ron nikmat sekali Sayang..!”
“Shella, nanti aku semprotkan maniku di dalam atau di luar..?”
“Terserah, apa pun yang membuat kita nikmath hegh..!”
“Kalau nanti kamu hamil gimana..?”
“Biarin, biarin, aauchh..!”
Kami bicara sambil menggoyang badan kami. Dengan refleknya Shella mengimbangi setiap sodokan dan goyanganku. Kalau aku cepat, dia pun mempercepat. Kalau aku melambat, dia pun begitu. Sambil menggoyang, kulumat bibirnya, kusedot dan kugigit-gigit kecil buah dadanya.
Belum lima menit kami mendayung lautan kenikmatan, Shella kelihatan mulai lebih liar. Goyangan pinggulnya menjadi lebih cepat dan tidak terkendali. Pelukannya menjadi lebih erat. Dan dia melenguh dengan hebat dan aku merasakan denyutan-denyutan otot vaginanya.
Ayunan batang kemaluanku kubuat menjadi lebih kuat tapi tetap pelan untuk memberikan kenikmatan yang lebih. Dua, satu.
“Ooch.., Ron aku capek sekali, tapi kamu belum ya..?”
“Kita istirahat dulu deh, nanti lagi..!”
“Jangan Ron, jangan lepaskan, kita teruskan, kupuaskan kamu, gimana pun..!”
Shella mulai menggerakkan pinggulnya. Ayunan batang kemaluanku kuteruskan. Agak tidak tega aku sebenarnya. Tapi Shella sepertinya agak memaksa. Jadi, sambil berpeluk dan berguling kami terus mengayun, mendayung kenikmantan. Orgasmeku yang kedua biasanya memang agak lama,
kadang aku harus menunggu 10-20 menit.
Dan begitulah, Shella mulai melenguh kenikmatan, dia mulai mempercepat dayungan perahu mungilnya. Aku mengimbangi. Betapa nikmatnya. Dan rasa nikmat ini menjadi berlebih-lebih lagi, karena aku memberikan kenikmatan pada gadisku yang mungil, cantik dan menggairahkan ini.
“Hhegh.. Ron..
Ron.. oh Sayang, aku mau sampai lagi..! Oooh cepat.. cepat.. lebih keras..!” lenguhannya datang lagi bersamaan dengan urutan-urutan lembut pada batang penisku.
Aku menjadi semakin bernafsu. Shella mulai lemas. Benar-benar lemas.
“Ron, kamu belum juga ya Sayang..? Ayo dong Say..! Kasihanilah aku, sudah lemes banget nich..!” Shella mengiba dan memuncakkan birahiku.
Kogoyang dengan liar penisku dalam vaginanya, terus dan terus sampai akhirnya, “Shella, ough.. ach.. terimalah air maniku Say, nikmatilah siraman kenikmatanku.. Hegh..!”
Dan aku pun sampai pada pelabuhan kenikmatan yang kudambakan. Kusemprotkan maniku sejadinya. Walaupun maniku sudah habis, tapi kedutan kenikmatan terus kurasakan pada penisku, apalagi vagina Shella terus mengurutku.
Walaupun sudah orgasme, batang kemaluanku masih tetap tegang penuh. Tidak seperti ini biasanya. Kami berpelukan, berciuman. Kuelus dan kukemut susunya yang besar menantang itu. Beberapa saat sampai akhirnya kami benar-benar terkulai lemas. Habis tenaga kami. Basah kuyup badan kami oleh peluh kenikmatan.
Kutengok TV yang masih menyala tanpa ditonton dan tanpa suara. Buletin Malam RCTI. Waahh, berati sudah jam satu lebih. Lama sekali kami bercinta penuh gairah, nafsu dan sayang. Shella merebahkan kepalanya di dadaku. Sesaat kemudian, kami ke kamar mandi bersama-sama.
Saling memandikan di bawah siraman air hangat yang membuat kami segar kembali. Kadang kami saling berpelukan sambil menggesekkan tubuh kami. Oohh.., nikmatnya dunia.
Setelah selesai mandi shella pun kuantar pulang kekosannya, malam keduaku dijakarta sungguh penuh kenikmatan, apalagi langsung dapat pasangan.. 

0 komentar

Posting Komentar